Bisnis.com, JAKARTA – Calo sponsor suatu cabang olahraga memerlukan kepercayaan pengelolaan dan transparansi komunikasi dari pengurus cabang olahraga, demikian pernyataan Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto.
"Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 menjadi momentum bagus dan membawa pengaruh positif menumbuhkan kepercayaan sponsor," kata Gatot di sela-sela menghadiri malam penghargaan sponsor Asian Para Games 2018 di Jakarta pada Selasa (30/10/2018) malam.
Jumlah badan usaha yang berminat menjadi penyandang dana cabang olahraga, menurut Gatot, datang dari BUMN dan badan usaha swasta.
"Sebelumnya terjadi kasus sponsor dari Telkom kepada balap sepeda sebelum Raja Sapta Oktohari menjabat sebagai ketuanya. Ketika itu, terjadi dualisme pada [kepengurusan] cabang balap sepeda dan dana sponsor tidak seluruhnya mengucur ke cabang olahraga. Itu menimbulkan ketidakpercayaan dan satu demi satu BUMN menarik diri," kata Gatot.
Gatot mengatakan Kemenpora telah memiliki badan layanan umum yaitu Lembaga Pengelola Dana dan Usaha Keolahragaan (LPDUK) sehingga memungkinkan pendanaan bagi cabang-cabang olahraga.
"Kalau hanya mengandalkan BUMN, dana mereka terbatas. Tapi, Kemenpora ada badan layanan umum yang memungkinkan anggaran tidak akan masuk dalam pendapatan negara bukan pajak. Dana dari badan layanan umum akan dapat digunakan kembali untuk kepentingan cabang olahrag," kata Gatot.
Kemenpora akan kembali memprogramkan "bapak angkat" bagi cabang-cabang olahraga melalui kerjasama dengan Kementerian BUMN berupa pola kemitraan publik-swasta.
"Model kerja sama itu bisa saja berupa penunjukkan langsung seperti cabang catur Percasi dengan Taspen ataupun dengan penandatanganan nota kesepahaman," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga telah menganggarkan sebesar Rp500 miliar untuk pembinaan atlet-atlet pemusatan latihan nasional jelang Ssea Games 2019, Asean Para Games 2019, serta kualifikasi Olimpiade 2020.
"Tentu kami ingin jumlah anggaran pembinaan dapat seperti Asian Games yaitu mencapai Rp735 miliar. Tapi, tentu jumlah nomor pertandingan SEA Games berbeda dengan Asian Games," kata Gatot.
Dia menambahkan Indonesia tidak dapat ditargetkan menjadi juara umum Sea Games 2019 meskipun telah menempati peringkat empat dalam Asian Games 2018. "Hitungan kami tidak juara umum karena sebanyak 30 persen cabang olahraga dalam Sea Games menjadi ranah tuan rumah."